Jadi nih, liburan tiga bulan ini selain disibukkan dengan rancangan skripsi dan organisasi. Minggu lalu si Ainy nekad ngajak jalan ke Pantai lagi, padahal beberapa hari lalu belum ada seminggu kita udah ke Pantai Jonggring Salaka. Ediaaan.
Ya karena ini emang
liburan, kebanyakan anak-anak udah pada pulang. Kita yang masih disini tinggal
sisanya, sisa uang saku pulangnya dikit. Masih belum pulih belangnya
abis dari pantai jongring, kita cus ke Pantai Clungup. Sebelum itu masih
nungguin si Hanis balik dari Kediri jam 4 sore karena ngurusin karnaval di
rumahnya. Dia lagi nyalonin Om Qomar (bapaknya) buat jadi kades di desanya. Terus
kebingungan nyari angkutan yang bakalan bawa Aku, Lalank, Ainy, sama Gery buat
berangkat. Dari empat orang ini, cuma ada si Revo yang bisa dibawa pergi.
Akhirnya, si Hanis pas Habis maghrib datang ke tempat H5 (sebut saja basecamp
andalan kita) dan langsung ngajak berangkat. Dia ngajak teman kontrakkannya,
namanya Dwiki buat bonceng Ainy. Aku sama Lalank, dan Gery sama Hanis. Kita
koar-koar di group berharap bakalan banyak pengikut, tapi nihil. Cuma ada Evi
yang kepincut pengen main sama kita. Akhirnya harus muter otak lagi, gimana
cara bawa Evi. Yes, dia inisiatif ngajak teman satu Kontrakannya yang sumpah
aku lupa namanya. Pokonya anak UB. Asik.
Jam 7 malam kita cus
jalan lewat turen semakin malam semakin naik, dan nggak tahu kenapa ada hujan.
Pas jalanan udah naik, berkelok-kelok, licin, ujan makin deres. Jadilah jalanan
panjang itu sumber kebocoran semua rahasia. Karena takut ngantuk dan nggak mau aku
yang lagi dibonceng masuk jurang. YA KALI, DUA JOMBLO ADUHAY MASUK JURANG.
Kita jadi bahas dari urusan mantan, rumah, keluarga, saudara, alien, banyak
deh. Sebenarnya ketakutan kedua malam itu sih kalau kalau ada begal, udah
tempatnya sepi dan nggak ada lampunya. Biarpun ainy masih kerabat dekat begal,
tapi dia nggak bisa diandelin. Nggak
dikasih kremesan mie sedap aja dia nangis. Haha
Jam 10 Udah sampai di
lokasi dengan basah kuyup, aku masih nggak percaya kita ke pantai, sementara
disini nggak keliatan apa-apa. Cuma ada tempat penitipan sepeda motor doang,
dan itu sepi. Okelah, kita putusin jalan kaki menuju lokasi karena itu emang
salah satu caranya, selain ngesot. Jalanannya gelap, becek, berlumpur, lebarnya
cuma sekiar 1,5 meter dengan jurang di tepinya. Cuma ada satu senter yang
nerangin jalan kami berdelapan. Tiba-tiba ada suara ‘jhebhog,’ yang ternyata
itu suara temannya Evi Jatuh. Suara Kedua, waktu bos Hanis juga jatuh. Guwe
setengah pengen nangis geli, pegangan tangannya Lalank sampek nyakarin
tangannya Gery. Sumpah, Lalank canggih banget jalan ditempat kaya gini, yah
walaupun pulang-pulang sandalnya udah nggak bisa dipake sih.
Sampe lokasi kita nggak
nemui pantai, yang ada cuma empat petugas yang udah tidur. Ainy, yang indra
penciuman pantainya kuat, udah girap-girap (lupa bahasa Indonesianya apa) dan
maksa kita semua jalan aja dari pada bagunin petugasnya. Kasian. Kasian kita
kalo ditarik iuran maksudnya. Kita udah nekat jalan naik turun lagi, dan
enggak ketemu pantai, yang ada cuma suara debur ombak malam. Kita mulai ketakutan
waktu udah nyampe lapangan pasir yang luas, akhirnya kita balik dan bangunin
petugas penjaga yang udah tidur nikmat. Kita bermalam dengan tenang di pantai
clungup. Itu pantai yang jadi saksi Ainy nangis waktu nggak kebagian mie sedap
kremesan. Payah.
Paginya semua keliatan
indah, langit kuning emas cantik, pasir yang bersih, bakau yang berjejer rapi,
dan sungai air payau yang jernih. Kita udah nggak sabar pengen mandi, dan
akhirnya kita mutusin naik bukit sampe nemu pantai Gatra, ini pantai yang gue
nobatin jadi pantai favorit sampe sekarang.
Seru-seruan di pantai gatra, mulai dari mandi, berenang, sampe main
pasir. Kita lanjut ke pantai tiga warna. Kita kesana dianterin tour guide. Lumayan
naik turun dan agak jauh. Pas ngeliat pantai tiga warna yang sumpah keren
banget kita udah lari-larian nggak jelas kaya ayam lepas. Ainy, Lalank, Hanis,
Dwiki main snorkling, aku sama yang lain foto-foto dan main air.
Perjalanan ke pantai
semingguan ini seru, karena gue ditemenin orang-orang seru. Orang yang nggak
ribet ini-itu. Intinya, kalo menurut aku main emang lebih asyik kalo tanpa
rencana, karena sepengalam gue kebanyakan rencana malah nggak jadi. Kaya waktu
kita ngerencanain ke Bromo sama tim PKM UMengajar. Teman yang nggak ribet dan
nggak baperan membuat kita nyaman, meskipun waktu pulang dari pantai kita
sempat gemeteran. Laper. Ya maklum, ke pantai cuma modal kacang kulit sama pilus.
Ini serius. Jangan ditiru di pantai.
Ini loh, pasukan edan yang mau menginvasi pantai selatan
Lihat juga hanis yang lagi promo iklan duta wisata di https://www.youtube.com/watch?v=15PpoxFzySk
Ini loh, pasukan edan yang mau menginvasi pantai selatan
Pantai Clungup |
Pantai Gatra |
Pantai Tiga Warna |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar