Selasa, 25 Agustus 2015

Pembangunan Karakter Islami Melalui Sekolah Alam Bilingual.

Sekolah dasar adalah sekolah yang dianggap pendidikan premier bagi anak-anak, sebab pada tahap pendidikan ini anak-anak mulai belajar banyak hal secara formal. Banyaknya sekolah dasar baik negeri dan swasta kerap kali masih menjadi alternatif yang dinilai aman bagi orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya. Namun, tidak ada salahnya jika kita lebih banyak tahu mengenai sekolah satu ini. Yap! Sekolah alam yang bernama Madratsah Islamiyah Bilingual Al Ikhlas atau MIBA ini menawarkan konsep pendidikan yang berbeda. MIBA yang terletak di kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang ini memiliki misi pembangunan karakter melalui alam dan pelajaran dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
 
Yang menarik dari sekolah ini adalah bangunannya yang terletak sedikit jauh dari pemukiman warga dan tepat berada di pinggir persawahan. Bangunan kelas sebuah sekolah pada umumnya berbentuk panjang dengan ruang-ruang yang dibedakan untuk setiap kelas, namun berbeda dengan sekolah ini. Bangunan sekolah MIBA lebih terlihat seperti tempat makan lesehan bertemakan alam. Kelas-kelas berbentuk seperti gazebo dengan separuh dinding bata merah dan setengahnya terbuka. Siswa tidak duduk di kursi namun duduk dilantai karpet. Ruang belajar alam ini tidak berdiri melekat satu sama lain setiap kelas, melainkan berjarak sekitar empat meter tiap kelas.

Siswa siswi di sekolah alam ini sejumlah hampir 150 siswa. Kepala sekolah mengaku sengaja membatasi jumlah siswa di setiap kelasnya yang hanya terdiri dari 20 hingga 25 siswa. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kualitas pengajaran yang baik di setiap kelasnya. Di samping itu, hubungan antara siswa dengan guru haruslah dekat sebagaimana guru merupakan orang tua kedua bagi anak. Upaya yang dilakukan oleh sekolah ini dengan menggunakan panggilan akrab kepada bapak dan ibu guru. Siswa-siswi di sekolah ini tidak memanggil bapak/ ibu guru melainkan dengan sebutan ayah/bunda. Kesan harmonis pun sangat kental terasa.

Konsep pembelajaran yang ditawarkan di sekolah alam ini juga tidak kalah menarik. Para siswa mendapat matapelajaran umum dan agama lengkap selama senin sampai jumat. Sedangkan hari Sabtu diisi dengan berbagai macam ekstrakurikuler; bahasa Inggris, Karate, Qiroah, Pramuka, dan menggambar. Siswa diberi kebebasan memilih ekstakurikuler mana yang mereka minati, kecuali eksta Pramuka yang memang wajib bagi seluruh siswa. Jam pelajaran di sekolah ini di mulai pukul depalan pagi. Namun siswa masuk ke sekolah mulai jam tujuh pagi untuk melaksanakan sholat Dhuha bagi siswa kelas 4,5, dan 6. Sedangkan siswa kelas 1, 2, dan 3 menghafalkan hadis-hadis pendek dan doa sehari-hari. 

 1) Ekstrakurikuler Bahasa Inggris 
2) Kondisi ruang kelas V MIBA

Minggu, 23 Agustus 2015

Macyto; Malang, Aku Jatuh Cintoo!



            Sebagai mahasiswa yang berada di perantauan, menikmati kota tempat tinggal sementara menjadi terkesan wajib sebagai oleh-oleh dan bumbu cerita, kelak suatu hari saat kita kembali menjadi putra-putri daerah. Salah satu ‘kota-nya’ mahasiswa di Jawa Timur adalah kota Malang yang terkenal sebagai kota pendidikan. Selain gelar tersebut, malang juga terkenal sebagai kota bunga dan kota pariwisata. Tata kota Malang memang sangat cantik nan indah. Selain karena secara geografis malang terletak diantara cekungan dan lereng pegunungan, kota ini juga memiliki wilayah dengan kategori yang berbeda. Misalnya, pusat pendidikan di kota Malang berada sebelah barat gedung walikota Malang hingga ke arah Batu. Sedangkan pusat berbelanjaan kota Malang atau yang terkenal dengan nama Pasar Besar berada di sebelah selatan kota. Pasar Besar memang secara literal merupakan pasar terbesar di Malang. Menilik ke kategori pusat kuliner, Jl. Soekarno Hatta atau yang sering diakronimkan sebagai jalan suhat, boleh menjadi pilihan. Di sepanjang jalan tersebut, banyak stand makanan-makanan. Jalan Suhat ini berada di arah utara balaikota Malang. Adapun tempat pendidikan militer terpusat di Malang sebelah timur.
   Balaikota Malang tampak dari Taman Tugu Kota Malang
Sumber: Dokumentasi Pribadi

            Kota Malang juga merupakan kota yang ramah terhadap tamu dan turis asing, sebab para wisatawan maunpun penduduk lokal sekalipun, dapat dengan mudah mengakses angkutan umum. Angkot ‘angkutan kota’ yang berwarna biru arema ini jumlahnya cukup banyak dan tidak perlu khawatir akan tertinggal. Cukup merogoh kocek 4k saja, kita akan sampai ketujuan kita. Oh ya, ongkos angkot tersebut tidak berdasarkan jauh atau dekat, namun dihitung sekali naik. Cukup terjangkau, bukan? Jika kita memilih menikmati kota di akhir pekan, Kota Malang juga tidak ketinggalan lho, ada bus yang siap memberi tumpangan gratis, kenalkan, bus ini bernama MACYTO atau Malang City Tour. Tidak kalah dengan bandros-nya kota Bandung. Nah, akhir pekan lalu saya berkesempatan menjelajah kota Malang dengan menaiki bus warna hijau tersebut. Tepat jam 10 pagi saya bersama seorang rekan sudah menunggu di depan Balaikota Malang. Kita langsung naik ke bagian atas bus yang terbuka. Rute perjalanan macyto start dari depan balaikota, lalu menuju ke arah rampal, melewati Jl. Soekarno-Hatta, daerah kayu tangan, ijen boulevard dan berbalik di simpang balapan, lalu berhenti untuk istirahat selama 30 menit di Museum Brawijaya Malang.
     

           
Foto 1. (atas) saat istirahat di depan Museum Brawijaya, maafkan kelakuan orang tidak dikenal tersebut.
Foto 2. (bawah) berfoto dengan salah satu peninggalan sejarah, seingat yang saya baca dari keterangan, mobil ini pernah dipakai oleh Jendral Besar Soedirman untuk mengobarkan semangat juang arek-arek Malang.

            Yang menarik dari perjalanan di atas macyto ini adalah kita bisa sekaligus belajar sejarah dengan langsung melihat spot sejarah tersebut. Selama perjalanan, seorang pemandu akan menjelaskan beberapa bagian-bagian penting dan menarik di Malang. Contohnya, tugu pahlawan TRIP yang ada di persimpangan Ijen Besar dan Ijen Boulevard. Kata TRIP sendiri merupakan singkatan dari Tentara Republik Indonesia Pelajar. Lebih jauh, saat diberikan waktu istirahat di museum penumpang bus bisa pula menikmati dan belajar sejarah dari barang-barang di museum. Cukup membayar 3k untuk satu orang, kita sudah bisa berfoto, melihat benda bersejarah, atau melihat jalan Ijen Boulevard dari atap museum. Sayapun, tidak ingin ketinggalan untuk mengambil foto.hehe

            Setelah cukup waktu istirahat bus akan berangkat kembali melewati Ijen Boulevard dan menuju ke arah Pasar Besar, lalu melewati wisma tumapel dan kemudian berhenti di depan Taman Tugu Kota Malang. Oh iya, macyto hanya beroperasi pada hari Sabtu-Minggu. Sabtu jam 9 pagi dan Minggu beroprasi dua kali, yaitu jam 9 pagi dan siang sekitar pukul 2. Bagaimana? Malang menarik bukan. Perjalan akhir pekan tersebut benar-benar membuat saya semakin jatuh cinta dengan Malang. Selamat dan silahkan berkunjung ke Malang.

Kamis, 20 Agustus 2015

“RI 70, Ayo Kerja, Ayo Belajar Sejarah!”



“Sejarah adalah dokumen terbaik sebagai referensi dan rujukan belajar.”

            Demikian istilah ini saya temukan setelah mengikuti acara Napak Tilas bersama berbagai komunitas pemuda-pemuda kreatif di kota Malang. Diantara komunitas-komunitas yang hadir pada saat itu adalah Encompass Indonesia, YEPE (Tim Pendaki dan Penjelajah Alam), Teater Komunitas, Profauna, Levitasi, Adaytowalk, Gusdurian Malang, Universitas Negeri Malang Mengajar (UMengajar), dan Mahasiswa Rantau. Acara Napak Tilas yang digagas oleh Encompass Indonesia dan YEPE ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menapaki jejak-jejak peninggalan masa lalu yang ada di kota Malang, terutama dalam bentuk monumen, makam sejarah, bahkan bioskop. Dilaksanakan tepat pada mometum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 70 tahun, pada Senin 17 Agustus 2015, acara ini mampu menarik antusisme berbagai lintas kalangan, mulai dari dosen, mahasiswa, komunitas fotografi, hingga diliput khusus oleh UB TV, salah satu televisi swasta di kota Malang.
            Rangkaian acara Napak Tilas di-muqoddimah-i di Taman Makam Pahlawan Kota Malang, acara diisi dengan mengheningkkan cipta sebagai simbol penghormatan kepada para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Acara ini juga bertujuan untuk mengingatkan kembali betapa besar pengorbanan yang telah diberikan para pahlawan untuk Bangsa Indonesia. Perjalanan napak tilas dilanjutkan ke Monumen Simpang Balapan. Menurut Bapak Dwi Cahyono, selaku budayawan dan pemateri Napak Tilas ini, monumen tersebut dahulunya merupakan tempat pacuan kuda atau dalam istilah jawa ‘balapan’, dan kata simpang sebab letaknya berada tepat di persimpangan. Yang paling menarik dari spot satu ini adalah fakta bahwa patung yang ada di simpang balapan ini merupakan patung pemimpin perjuangan rakyat Malang, Jend. Hamid Rusdhi, beliaulah yang menciptakan bahasa walikan yang kini banyak di kenal dan dipakai sebagai bahasa pergaulan arek-arek Malang. Menurut penutur sejarah, Bapak Dwi Cahyo, dahulunya bahasa walikan ini digunakan sebagai sandi saat perang gerilya melawan penjajah.
            Selanjutnya acara dilanjutkan ke monumen-monumen lain seperti Monumen Bunga Melati di Jalan Ijen Boulevard, daerah katu tangan, monumen TRIP, monument TGP, monumen Chairil Anwar, lalu dilanjutkan ke Aloon-aloon Bunder atau yang dewasa ini dikenal dengan Taman Tugu. Mas Ghulam, selaku penggagas ide acara mengaku bangga kepada pemuda yang turut hadir dalam acara napak tilas tersebut, “Tidak disangka bahwa akan ada antusisasme yang luar biasa dari semua pihak, awalnya kami mengira acara ini hanya akan diikuti 5 sampai 6 orang saja, ternyata peserta mencapai hampir 30 orang.” Ujar Ghulam, saat acara sharing di Taman Trunojoyo seusai acara.
             Nilai yang terkandung dalam acara Napak Tilas ini juga tercermin dari antusisme berbagai komunitas yang bergerak dalam bidang yang berbeda-beda. RI 70 yang diperingati dengan tema ‘Ayo Kerja’, tak lepas dari tujuan digagasnya acara ini bahwa ‘Ayo Kerja’, juga berarti ‘Ayo belajar, ayo berbenah, ayo berbuat baik, ayo mencintai Indonesia, dan seterusnya.’ Pemuda yang turut mengisi acara ini pun mengisi kemerdekaan dengan berbagai cara, contonhnya YEPE yang bergerak dalam pendakian dan pecinta alam, Encompass yang menggalakkan pendidikan multikultural, UMengajar yang bergerak dalam bidang pemerataan pendidikan, dan Teater Komunitas yang bergerak dalam bidang seni, serta masih banyak lagi. Pada intinya, mengisi kemerdekaan adalah dengan cara apa saja dan melalui media apa saja selama positif dan bermanfaat bagi bangsa.

            Lebih jauh, kegiatan ini juga diharapkan bermanfaat tidak hanya bagi para pemuda yang mengikuti kegiatan, namun juga mampu menginspirasi pemuda lain di luar sana untuk tidak sekedar belajar dari balik jendela. Ayo kerja, ayo belajar, ayo berbenah. Pemuda adalah aset termahal bangsa. Terimakasih.



Riana Atik Yustiana,
@yustianaa_


Encompass Indonesia
© Kolase Random | Blogger Template by Enny Law