Sabtu, 17 Oktober 2015

Kolase Cerita Mencari Berita #1


               Di jaman serba ‘smart’ kaya sekarang ini, berapa sih jumlah orang yang nggak punya hape berkamera, kamera canggih, handy camera, dan alat-alat elektronik lainnya? Udah ketebak. Pasti kalaupun ada, bisa dihitung pake jari. Ya kalau nggak jari tangan, ya nambah jari kaki. Hee. Kita hidup di zona nyaman pake banget. Tapi, kadang kita lupa sama kenyamanan apa yang kita udah miliki. Kita main kesana kemari. Hang out sana sini. Foto selfie sampai wefie. Tapi pernahkah kita berfikir apa yang kita bagi ke media sosial itu udah worthy apa belum? Aku kadang juga masih suka salah niat sih. Iya. Normal. Kita semua manusia, ayo berbenah. Peace. Intinya postingan hari ini itu aku mau sedikit berbagi ke teman-teman semua soal posting video di NET TV yang bener-bener lagi hits banget. Kita nggak boleh jadi manuisa telat gaul yee. Hehe
            Awal singkatnya Rabu (14/10) kemarin aku lagi ikutan rapat persiapan pengabdian volunteer batch 3 UMengajar di Taman Kunang-Kunang. Rapat dimulai jam 7. Guwenya sampai jam 8. Jangan ditiru yang ini. Setelah rapat kita nggak langsung cabut, selain masih ngehabisin ciki-ciki ‘tak bertuan’, kita juga lagi keseruan cerita soal pengalaman pengabdian. Semilir angin Taman Kunang-Kunang emang asik banget buat geguyuban. Jarum jam udah mau nyentuh angka 9 Rabu pagi itu, aku, Andrea, Ainy, sama Nailah ngelihat beberapa rombongan lagi atraksi tepat di Jalan Semarang, depan kampus kita UM, bukan UNM. Aku loncat-loncat girang, pikiran langsung cepat mengarah ‘ini bagus buat berita’, tapi kalau nulis jelas nggak valid karena aku nggak tahu ini panitia kegiatan siapa dan lagi dimana tuannya ini. Aahaha
            Mata langsung ngelirik ainy yang pagi itu pake jilbab pink dan sumpahooon dia pake lipstik warna senada jilbabnya yang bikin aku pengen muntah sambil ngakak. Ya, gimana ya, begal sumatra kayanya emang lagi jatuh cinta. Ups, alesan kenapa ngelirik ainy karena dia yang punya hape dengan kamera yang kualitasnya bisa dibilang lumayan. Aku pinjam hapenya dan bilang ke Andrea, Ainy, dan Nailah, “Ayo bikin video Citizen Journalism, ntar dikirim ke NET TV.” Aku bilang pake semangat empat lima. “Dibayar nggak, mbak?” Nailah nyeletuk pake wajah versi bendahara. Sumpah agak gemes kalau apa-apa harus diawali dengan “Ada uangnya nggak, ada sertifikatnya nggak, dsb.” Ya tapi nggak apa-apalah, semua adalah soal prespektif. Ini hidup. Nggak ada uang nggak makan. Nggak makan ya mati. Udah ah blah blah blahnya. Ayok bikin video biar kita nggak sekedar hidup dan buang air besar doang. Ini caranya;

1. Rekam Kejadian atau Sesuatu yang Menurut Kamu Patut Diberitakan
            Kadang kita suka nggak percaya diri saat hendak memosting sesuatu. Kita suka bingung apa ya yang mau diposting. Nah, ini juga sama kaya yang aku alamin beberapa waktu lalu. Masalah ini muncul juga karena emang akhir-akhir ini kurang piknik, jadi nggak punya topik berita. Terus kemarin sempat liat di website netcj.co.id itu ada video of the week yang nampilin hal yang mungkin nggak dipikirin banyak orang, judulnya semrawutnya kabel di ibu kota. Emang jempol banget idenya, cuma modal ambil hape pasang kamera dan rekam keadaan lingkungan sekitar (re: kabel semrawut) udah bisa dijadiin berita. Sekarang coba ingat-ingat hal apa yang patut dikritik, dilihat, dibenahi, diberitakan, atau dipamerkan dari daerah terdekat kita? Udah ada?
            Nih, juga buat yang lagi gandrung sama acara ngetrip ala ala my trip my adventure gitu bisa banget bikin video tentang daerah wisata yang lagi dikunjungi. Nggak harus berupa kritikan namun juga bisa berupa saran untuk tempat liburan yang menarik. Coba sekarang buka file photo jalan-jalan yang mungkin ada di hape, leptop, harddisk, atau masih nyaut di kamera kita. Berapa banyak tempat yang udah kita kunjungi? Berapa cerita perjalanan yang udah kita tulis? Nah, lusa, waktu kita sibuk foto pake hastag explore ini, trip sana sini, atau apapun, ayo sempatkan nulis cerita atau bikin video yang bisa dijadiin berita. Eh, tapi jangan lupa juga buat mensosialkan “bawalah sampahmu kembali”ya, biar ntar wisata kita tetap bersih dan asik buat dikunjungi.
            Emang sih, pada intinya kita kudu ngelatih kepekaan kita sendiri buat ngebuka hati dan pikiran kalau apapun yang ada di sekitar kita itu penting dan patut banget diberitakan. Contoh berita yang bakal ‘laris manis’ itu yang masuk rubrik moment, culinary, travelling, contoh kemarin itu kaya yang aku posting soal festival budaya, peringatan hari besar seperti 1 Muharram kemarin, atau yang masuk dalam rubrik moment kaya ada kebakaran di tamrin kemarin, itu pasti bakal cepet di approved, soalnya kalau lama ya bakal basi dan nggak up to date. Pokoknya siapkan kamera seadanya saja, bisa hape dengan kualitas 5 Mpixel itu udah lumayan kok. rekam kejadian selengkapnya dan shot yang paling menarik dan penting aja.   Karena durasi di TV ntar Cuma 1,5-5 menit aja.
2. Potong atau Edit Video

            Kalau tadi udah ngerekam video, potong video sesuai selera tapi jangan asal. Pastikan video yang bakal diunggah itu menunjukkan kejadian yang kita maksud dengan jelas dan bagus. Kalau aku biasanya ngerekam itu kejadian sama milih seorang narasumber (optional), terus entar digabung pake aplikasi movie maker. Oiya, untuk unggah video ke NET CJ itu formatnya .avi ya, jadi misal video temen-temen masih .mvi, langsung aja pake aplikasi Format Factory buat nge-convert video, selain mudah aplikasi ini juga lumayan cepet kok.

3    3. Buat Akun di netcj.co.id
            Nah, untuk bisa unggah video kita kudu bikin akun resmi di website NET CJ, klik aja netcj.co.id dan sign up. Bisa juga sign up lewat FB, Twitter, maupun Google+. Gampang banget, hampir sama kaya bikin akun sosmed pada umumnya.


      4. Unggah Video
            Nah, kalau udah punya akun, bisa langsung upload video tadi dan tulis narasi pendek aja sekitar 30-50 kata aja yang nggambarin kejadian yang lagi kita liput, jangan terlalu panjang karena crew CJ nggak bakal mau ngedit banyak-banyak. Jangan lupa sertakan judul yang menarik, pilih lokasi kita, dan tulis hastag sebanyak-banyaknya biar video kita reachable gitu.

5     5. Tunggu Konfirmasi
            Niat kita upload berita kan memang buat dimuat di NET TV #NET10, kita nggak bakal dikonfirmasi soal penayangan lewat email atau apapun, wal hasil, kitalah memang yang harus kepo. Bisa kepo di akun twitternya @NET_CJ atau langsung cek akun CJ kita di web tadi. Akan ada tiga menu utama di akun profil kita ntar; DRAFT, VIDEO ON WEB, dan VIDEO ON TV.

Jadi ini sedikit penjabaran soal tiga menu utama tadi berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi aku:
a)      Draft
Dari namanya aja udah kebayang apa itu draft. Yap, ini adalah tahap awal video yang kita unggah. Kalau pake kata lain, draft ini bakal berisi berkas video yang kita unggah sebelum di approved sama pihak NET CJ. Video kita bakal ada di menu ini selama dia masih belum di approved. Kita kudu rajin ngecek status si video yang tercantum di bawah frame video itu sendiri. Kalau statusnya ‘Waiting to be published’ itu berarti video kita layak masuk website nya NET dan nunggu jadwal antre tayang, tapi kalau video kita masih berstatus ‘waitung to be approved’, itu berati ada dua kemungkinan, satu emang belum diapproved, mungkin video kita emang nggak layak publish. Sabar aja, belajar itu emang kudu gagal dulu biar tampah paham. Video pertamaku yang ngeliput soal Malang Flower Canival sejak 30 Agustus gagal, nggak dapat approvement sampai sekarang, nah baru video kedua ini berhasil.


b)      Video on Web
Web yang dimaksud disini ya webnya NET CJ, video kita yang diapproved bakal otomatis pindah dari DRAFT ke menu ini. Jadi, please, jangan kampungan lagi kaya aku yang sedih histeris waktu ngecek draft dan video ku hilang satu. Hehe. Di tahap ini juga, video kita udah bisa dilihat sama orang lain yang punya akun CJ dan siapapun yang buka link video tersebut. Ada tombol buat like-nya juga kaya instagram gitu, ada pula jumlah viewer kaya di YouTube gitu. Nah, semakin banyak like dan viewer berarti semakin worthy lah berita yang kita liput. Ilmu mutlak gitu lah.




 c)      Video on TV
Ini dia tahap yang paling ditunggu, pas video kita tayang di NET TV, nama kita bakal muncul jadi salah satu jurnalis warga dan akan tayang di NET 10 sesi Citizen Journalism. Video kita bakal muncul di beranda website resmi NET CJ.



Gimana? Seru kan kalau kita bisa berkarya, apalagi sambil main dan manfaatin hape pintar kita. Ayo share video dan cerita perjalananmu yang menurut kamu cukup beken buat jadi liputan.

Minggu, 11 Oktober 2015

Eloknya 4 Danau dengan Warna Berbeda di Tulung Agung

Citizen6, Tulung Agung Harta dari dalam Bumi Tuhan tak ada habisnya membuat takjub manusia. Di kawasan selatan Kabupaten Tulungagung, terdapat empat kubangan air dengan empat warna yang berbeda-beda: Merah, Hitam, Toska, dan Hijau. Kawasan Tulungagung secara geografis memang merupakan kawasan batuan kapur yang kaya minaral.
Sebelum terbentuk empat kubangan yang kini di kenal sebagai danau oleh warga sekitarnya, lokasi danau yang berada di kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung tersebut merupakan area penambangan nikel dan batu alam mineral lainnya. Karena kadar kimianya yang begitu tinggi, kubangan-kubangan bekas tambang yang terisi air hujan tersebut kemudian mengalami perubahan warna secara alami.

Di akhir pekan, danau empat warna ini ramai pengunjung dari sekitar kawasan Tulungagung. Pengunjung rata-rata merasa penasaran dengan warna alami yang indah di setiap kubangan tersebut. Meskipun bebatuan terjal dan jalan yang mendaki hanya setapak, hal terseut tidak menyurutkan niat pengunjung yang ini sekedar menikmati warna danau atau yang ingin berfoto di sekitar danau.Luas danau rata-rata sekitar 50 m2 dengan kedalaman yang belum di ketahui. Menurut salah seorang juru parkir, rata-rata pengunjung meningkat pada hari minggu atau pada hari kerja sore hari. Untuk memasuki wilayah yang masih berada di sekitar pemukiman warga ini, pengunjung tidak dipungut biaya masuk dan hanya membayar parkir sebesar Rp 3000,- sampai Rp. 5000,- saja.
Sayangnya, keberadaan danau empat warna yang sempat menggegerkan ini nyatanya menimbulkan pro dan kontra di lingkungan warga. Keberadaannya yang masih dikelola sekadarnya oleh penduduk sekitar menjadikan kesadaran akan kebersihan tempat wisata baru ini sangat rendah.

Akibat cuaca yang terik dan keberadaaan pedagang asongan yang menjajakkan makanan dan minuman di sekitar danau tersebut, menyebabkan banyaknya sampah terutama sampah dari botol air minum. Ditambah lagi dengan belum adanya penelitian tentang dampak jika terlalu lama berada di tampat ini sebab aroma dari batuan mineral yang masih sangat kuat, yaitu bau belerang.Kedepan, semoga masyarakat sekitar daerah wisata kian peduli dengan kebersihan area wisata dan pemerintah segera membuat peraturan untuk daerah wisata baru, baik peraturan mengenai kebersihannya, pengelolaan, maupun peninjauan tentang keamanannya.



Sumber: http://citizen6.liputan6.com/read/2317786/eloknya-4-danau-dengan-warna-berbeda-di-tulung-agung
© Kolase Random | Blogger Template by Enny Law