Sabtu, 12 September 2015

The Age of Adeline: Pemahaman Baru

Percayalah, hidup itu akan menjadi indah saat kita mengikuti alur alam.
  
Iseng-iseng buka file di leptop dan nemu satu folder berjudul ‘belum nonton’, folder ini memag berisi film-film terbaru 2015 yang saya minta dari seorang teman baik, Gery. Starting is the hardest point of everything. Awalnya saya tidak tertarik melihat film ini karena kualitas gambarnya tidak begitu bagus. Lalu saya tidak sengaja klik kanan pada mouse saya dan sampailah saya pada satu scene dimana pemain utama mengalami kehidupan kembali setelah tersambar petir berkekuatan 500 juta volt. Kronologisnya adalah Adeline, tokoh utama dalam film tersebut mengalami kecelakaan tepat saat salju hari pertama turun di Somonia, malam itu.
            Kecelakaan tersebut menyebabkan Adeline jatuh ke dalam sebuah sungai dengan air yang beku beserta mobilnya, mobil Adeline ‘Della’ Bowman secara tiba-tiba tersambar petir berdaya tinggi dan tekanan dari petir tersebut mengenai jantungnya hingga membuatnya hidup kembali. Selayaknya di rumah sakit, seseorang yang detak jantungnya kian melemah akan diberi mesin pengejut jantung untuk memicu jantung pasien berdetak kembali. Tak jauh berbeda dengan apa yang dialami Della, hanya saja karena kekuatan listrik dari petir yang sangat besar, menyebabkan Adeline tidak bisa menua secara fisik. Hal tersebut diterangkan dalam film yang berkaitan, bahwa berdasarkan prinsip Van Lehman tentang pemampatan elektron di DNA sel-sel Adeline menjadi kebal dan tidak lentur sehingga membuatnya tidak bisa menua. Dengan kata lain, usia Adeline telah berhenti sejak malam itu.
            Yup! Dari orientasi film tersebut sudah terang terlihat bahwa The Age of Adeline adalah film fiksi yang menyajikan hasil pemikiran cerdas manusai tentang perkembangan ilmu dan terknologi. Bagaimana bisa seorang Adeline yang lahir pada tahun 1901 tersebut usianya berhanti pada tahun ke 29 dan tidak dapat menua secara fisik? Cool! Di samping itu, film ini juga menyuguhkan kisah romantisme antara Adeline dan tiga laki-laki yang pernah hadir dalam hidupnya. Pertama adalah pertemuannya dengan seorang insinyur yang kemudian menikahinya hingga memiliki seorang putri bernama Femming. Sayangnya, 4 tahun kemudian ia meninggal dalam sebuah kecelakaan kerja di sebuah konstruksi jembatan. Kedua adalah William, mahasiswa sarjana kedokteran yang jatuh cinta kepadanya setelah kejadian ia ‘hidup kembali’ tersebut. William yang patah hati sebab kepergian Adeline mengenangnya dengan menamai satu komet hasil penemuannya dengan nama ‘Della’. Lalu, sekitar 70 tahun kemudian ia bertemu dengan Ellis, putra dari William, yang di akhir cerita menikahi Della.
            Di samping itu, The Age of Adelin mengajarkan manusia untuk menghormati karunia Tuhan yang abadi, yaitu perubahan. Seperti yang di katakan Adeline Bowman kepada Putrinya, Femming, mengenai hubungannya dengan Ellis. Adeline sungguh takut menaruh hati kepada laki-laki dan terus memilih untuk pergi dan bersembunyi. Itu semua ia lakukan karena Adeline takut hidup bersama seseorang dan tidak dapat merasakan perubahan bersama-sama. Tidak dapat menua bersama-sama. Adeline tidak bisa menua sebab selnya yang kebal dan tidak lentur. Ironinya, saat kebanyakan perempuan berlomba-lomba untuk membeli krim anti-aging dengan merogoh kocek dalam-dalam. Adeline mengajarkan bahwa tumbuh menua adalah hal yang justeru sulit ia dapatkan. Ketika semua wanita disibukkan dengan rambut mereka yang mulai memutih, Adeline justeru merindukan munculnya uban di rambutnya yang tetap pirang selama 70 tahun. The Age of Adeline juga mengajarkan kita untuk terus dan selalu bersyukur atas segala hal yang terjadi secara natural. Sesuatu yang alamiah, sebab yang alamiah adalah yang terbaik dari Tuhan.
Pada intinya, film The Age of Adeline ini cukup recommended buat ditonton. Apalagi malam minggu seperti ini :)
 kejutan listrik yang mengenai mobil Adeline dan akhirnya membuat jantungnya berdetak kembali

Adelin dan Putrinya yang tampak jauh leih tua, Femming.


© Kolase Random | Blogger Template by Enny Law