Rabu, 03 Juni 2015

Power Rangers Go to Jakarta #5/6




      
Setelah hampir dua jam lebih cuma bisa ongkang-ongkang nggak jelas di halte, terus lanjut nurutin insting buat mencari masjid, ketemu mahasiswa sastra yang gondrong, sampailah kita di depan gedung bergaya modern yang bertuliskan Perpustakaan Universitas Indonesia. Kalau aja ini gedung nggak ada tulisannya, aku sama Dhika udah ngira ini kalo nggak rumah kosmos yang tempat tinggal alien. Bentuk gedungnya keren banget kaya rumah teletabis raksasa. Atap gedungnya oval dan dipenuhi sama rumput hijau. Karena kita emang bener-bener buta UI, akhirnya tanya mas-mas penjaga sepeda kuning dimana letak masjid. Dari informasi yang kita dapat, masjid ada di belakang perpus.   
       Well, kita harus berjalan ke arah kanan untuk menemukan masjid, disana kita disuguhi pemandangan yang memikat, danau UI yang hijau ranum dan menyejukkan di bawah panasnya langit kota Depok. Aku mengajak Dhika berhenti sejenak, menghirup udara segar, lumayan buat 'benerin' pundak yang udah hampir mati rasa setelah nenteng carrier 60 liter. Sekian detik setelah menoleh ke kiri tepat di belakang gedung Perpus, aku dan Dhika terbelalak karena bukan masjid yang kita lihat, tapi justru Starbuck Coffe yang terkenal itu, berdiri megah setinggi empat lantai dengan kaca-kaca sebagai unsur utama bangunan itu, yang dengan sengaja dihadapkan ke arah danau yang ranum tadi, lalu di mana masjid? Kami hampir mati kaget, lapar, dan keringetan. Kebetulan, di sebelah Gedung Rektorat UI ada beberapa mas-mas penjaga stand sepeda kuning yang khusus dipinjamkan kepada mahasiswa UI, aku bertanya pada mereka dimana masjidnya, katanya kita hanya perlu belok ke arah kanan di depan Starbuck lalu kita akan tapat berdiri di belakang Masjid MUI.
Tampak depan Masjid UI (MUI) 
         Sesampainya di masjid, aku dan Dhika sebenarnya ingin melemparkan tubuh kita ke lantai karena begitu lelah, sayang lantainya terlalu keras (ya iyalah -_-). Karena tidak tahan Dhika segera mandi dan kususul berikutnya.
***
Orang-orang baik akan bertemu dengan orang baik.
            Mas Mikael menghubungi Dhika lewat Line, dia bertanya dimana posisi Dhika dan aku, Dhika bikang kami ada di masjid, tepatnya di dekat danau. Mas Mikael memberi jawaban yang menggelikan, “Dhika, danau UI itu ada enam, kamu yang sebelah mananya?” Aku tertawa geli dan bertanya-tanya benarkah ada enam danau. Hokya, perjalanan menjacari masjid UI dimulai dari halte bus dekat Fakulas Ilmu Budaya. Ma Mikael orang baik.

***
          Setelah acara mandi di Masjid UI, kerabat lama Dhika yang kuliah di UI menemui kami lalu mengajak makan kami di warung sederhana bertajuk ‘Warung Ngawi’, hennggg, kami jauh-jauh ke Jakarta lalu makan di warung makan Jawa Timur juga, tak apa, hitung-hitung tidak begitu tega pada kantong yang belum begitu mengenal harga daftar makanan di Jakarta.
 Warung Ngawi di Pinggir Kampus UI, Depok
           Aku dan Mas Mikael, itu namanya, makan gado-gado nasi, sedang Dhika tetap setia pada favoritnya, Soto. Karena pesanannya lama datang, aku, Dhika, dan Mas Mikael justru punya kesempatan mengobrol banyak hal, Mas Mikael bagiku orang yang ‘asik-asik lurus’, begini maksudku, dia asik sekali, easy going sekali, tapi kalau diajak bercanda dia lebih banyak meluruskan, tidak sepertiku yang justru lebih banyak kebablasan. Mas Mikael sempat menantang kami untuk mengililingi UI menggunakan sepeda kuning dan jika berhasil kami akan di traktir makan, aku mengiyakan, siapa takut? Segera kutanya saja berapa luas UI memangnya, “350 Hekta, dek.” What? Iya sudah, gempor dulu membayangkannya. Pun pada akhirnya tanpa memenuhi tantangan itu Mas Mikael tetap saja menraktir kami barusan. Orang-orang baik akan bertemu dengan orang baik.
         Acara makan-makan sudah selesai, amunisi kembali penuh, tidak lama kemudian adik kelas Dhika yang juga kulaih di UI datang, namanya Trikurnia Dewi, tapi akrab dipanggil Trikur, di kosnyalah malam nanti kita akan menginap. Trikur, makasiswa kedokteran UI asli madiun ini beda penampilanny sederhana, nggak bakal nyangka kalau dia jenius banget anaknya. Pokonya, Trikur calon dokter yang super duper baik.


Pesan : berterimakasihlah pada bapak ibu kita, karena boleh jadi hari ini orang-orang yang datang menolong kita adalah balasan dari kebaikan mereka :))


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Kolase Random | Blogger Template by Enny Law